Posted by : Debsky
Kamis, 19 September 2019
"Jika kamu membutuhkanku, maka aku akan bekerja denganmu"
Setelah lulus dari sekolahnya, Ia kemudian bekerja di Hokkaido Takushoku Bank cabang Otaru. Di Pemilihan umum tahun 1928, Kobayashi ikut membantu dalam kampanye Kenzo Yamamoto yang merupakan salah satu kandidat pemilihan, dan ikut dalam pidato kampanye Yamamoto di desa tepatnya di kaki Gunung Yotei. Pengalaman inilah yang kemudian Ia tuangkan ke dalam bukunya yang berjudul Higashikutchankō. Di tahun yang sama, ceritanya yang berjudul March 15, 1928 (ditulis berdasarkan peristiwa 15 Maret) di terbitkan ke dalam sebuah majalah bernama Senki (pertarungan standar). Dimana isinya menceritakan penyiksaan yang dilakukan oleh Tokko, sebutan untuk polisi tingkat atas, yang dari karyanya itu pada akhirnya membuat pejabat pemerintah marah.
Di tahun 1929, novelnya yang berjudul Kanikosen ini mengisahkan tentang kru kapal penangkap kepiting dan pengalengan yang bertekad untuk melawan manajer yang kejam dibawah kondisi yang keras yang kemudian dipublikasikan di Senki. Novel tersebut cepat menarik perhatian dan ketenaran, dan menjadi ukuran standar dari bacaan proletar
marxis. Bulan Juli di tahun tersebut, novel itu diadaptasi ke dalam pementasan
teater yang dipentaskan di Teater Taman Kekaisaran dengan judul Utara Lintang
50 derajat Utara. Teks penuh dari Kanikosen yang berupa novel pendek ini, sudah tidak tersedia di Jepang hingga tahun 1948.
Di tahun 1929, Kobayashi menerbitkan The Absentee Landlord, setelah mengerjakannya dalam beberapa versi. Buku ini mengisahkan tentang kehidupan yang keras dari para petani penyewa lokal dan imigran di pulau bagian utara Hokkaido, dan harus berjuang dengan langkah diperlakukan oleh para pemilik tanah yang kaya, yang dimana pada saat itu Jepang berupaya untuk memperkuat kolonisasi di daerah ini selain itu untuk mengembangkan sektor pertanian dan industrinya. Cerita ini berlokasi di suatu desa yang namanya tidak diketahui, berada dekat dengan kota Asahikawa, disepanjang lembah Sungai Ishikari, sekitar 80 mil dari tempat tinggal Kobayashi (Otaru).
Polisi kemudian menandai Kobayashi sebagai bentuk pengawasan, dan di tahun yang sama buku barunya yang berjudul "Absentee Lanlord" itu dimuat dalam Majalah Chuokoron yang menjadi penyebab dirinya harus dipecat dari bank.
Kobayashi Takiji sebagai karakter dalam game Bungo to Alchemist
Di musim panas tahun 1930, Kobayashi pindah ke Tokyo dan menjadi Sekretaris Jendral Persekutuan Penulis Proletar Jepang. Pada 23 Mei, Ia ditangkap karena dicurigai memberikan dukungan keuangan kepada Partai Komunis Jepang, dan dibebaskan pada 7 Juni. Sekembalinya di Tokyo pada 24 Juni, Ia ditangkap lagi dan di bulan Juli, karena karyanya yang berjudul Kanikosen itu Ia didakwa atas tuduhan lese majeste. Di bulan Agustus, Ia dituntut berdasarkan Ketertiban Umum dan Hukum Kepolisian Tahun 1900 dan dipenjara di Lembaga Permasyarakatan Jepang. 22 Januari 1931, Ia dibebaskan dengan jaminan. Ia lalu mengasingkan diri di Pemandian Air Panas di Prefektur Kanagawa. Pada Oktober 1931, Kobayashi secara resmi menjadi anggota dari Partai Komunis Jepang yang dilarang.
Bulan November, Ia mengunjungi kediaman Naoya Shiga di Prefektur Nara, dan di musim panas tahun 1932, Ia mulai bergabung dengan organisasi 'bawah tanah'.
20 Februari 1933, Kobayashi pergi ke tempat rapat di Akasaka, Tokyo untuk bertemu dengan sesama anggota Partai Komunis Jepang, yang ternyata adalah mata-mata Tokko yang menyusup ke dalam partai. Tokko sendiri sebenarnya sudah menunggunya, walaupun Ia berusaha untuk melarikan diri tetapi pada akhirnya berhasil ditangkap. Kobayashi kemudian diserahkan pada Kantor Polisi Tsukiji dimana Ia kemudian disiksa. Setelah peristiwa itu, Polisi kemudian mengeluarkan pengumuman yang diikuti dengan kematian Kobayashi yang diyakini penyebabnya karena serangan jantung. Diketahui tidak ada rumah sakit yang ingin mengotopsi jasadnya karena ketakutan pihak rumah sakit terhadap teror Tokko.
*) Tokko = adalah sebutan bagi suatu kelompok atau divisi yang merupakan bagian dari kepolisian Jepang yang mengemban tugas untuk melakukan investigasi dan kontrol terhadap kelompok-kelompok politik dan ideologi yang diyakini dapat mengancam ketertiban umum di Kekaisaran Jepang, kelompok ini biasa dikenal sebagai polisi tingkat atas.
*) Lese Majeste = adalah sebuah bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang berupa penghinaan terhadap kepala negara/ raja yang memerintah di masa itu, pelanggaran-pelanggaran ini sering dilakukan oleh para penentang/pemberontak dari rezim yang sedang berdiri.
Sumber:
Sumber foto: